Sorong. kitorangnews.com – Terdapat satu ayat di dalam Surat Yasin yang sering kita baca dan dengar namun kurang dihayati, direnungkan dan diamalkan.
Ayat tersebut berbunyi “Falaa yahzunka qauluhum inna na’lamu maa yusirruuna wa maa yu’linuun.”
Terjemahannya: Maka jangan sampai ucapan mereka membuat engkau (Muhammad) bersedih hati, sungguh kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan. (Q.S. Yaa Siin/36:76)
Jika dalam berbagai kitab-kitab tafsir di antaranya seperti Tafsir Surah Yaa Siin yang ditulis oleh Syeikh Hamami Afandi yang hidup pada abad keduabelas hijriah di Dinasti Turki Utsmaniyyah maupun tafsir Nusantara abad kesembilanbelas yang ditulis oleh K.H. Bisri Musthofa berjudul Tafsir Al-Ibriz.
Dalam kedua kitab tersebut menjelaskan bahwa sebab-sebab turunnya surat Yasin berkenaan dengan ejekan, hinaan dan cacian orang-orang kafir quraisy kepada Baginda Nabi Muhammad saw serta pengingkaran atas kenabian maupun kerasulannya.
Berdasarkan hal tersebut kemudian surat ini turun untuk menghibur Nabi Muhammad saw. agar jangan bersedih hati atas berbagai penolakan, bantahan, ucapan serta tuduhan yang dilontarkan oleh orang kafir kala itu.
Lebih lanjut, dalam kitab Nazm al-Durar karya Al-Biqa’i menjelaskan kata “Falaa yahzunka” mengisyaratkan bahwa bersedih hati adalah sifat naluri manusia.
Al-Biqa’i bermaksud ingin menyatakan bahwa Allah swt. tidak melarang Nabi-Nya untuk sedih karena lantaran kecewa, hal tersebut boleh-boleh saja namun yang dilarang adalah larut dalam kesedihan.
Larut dalam kesedihan tentu akan mengganggu perjalanan dakwah Nabi Muhammad saw. serta berdampak pula kepada kaum muslimin yang baru saja dipupuk keimanannya.
Penyebab timbulnya kesedihan tentu dikarenakan adanya faktor internal dan eksternal. Kesedihan karena faktor internal adalah dimulai dari muncul perasaan takut, hati yang diselimuti perasaan iri hati dan dan dengki. Adapun faktor eksternal adalah adanya gangguan, musibah, cobaan yang datang menghampirinya sebagaimana gangguan yang dihadapi oleh Nabi Muhammad saw. di atas takkala berdakwah di kalangan kafir Quraisy.
Di dalam kehidupan adalah sesuatu yang lumrah dan sering dialami oleh siapapun itu, di mana kadang kala sering kita mendapatkan pujian, namun terkadang pula mendapatkan hinaan dan cacian. Kita sering kali mungkin kecewa tatkala apa yang didapatkan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Al-Maraghi di dalam tafsirnya memberikan tawaran solusi manakala seseorang berada pada situasi dirundung kemalangan yaitu, segala energi negatif yang datang dari luar hendaknya ditangkal dengan energi positif yang berasal dari dalam diri, tentunya di antara energi positif itu adalah menumbuhkan sikap positif, optimis dan berjiwa besar.
Bertolak dari tawaran Al-Maraghi di atas maka seyogyanya sikap kita yang terbaik di dalam menyikapi kesedihan terbagi atas dua bagian yaitu secara rohani dan jasmani.
Sikap secara rohani dapat ditempuh dengan memperbanyak bersabar, beristighfar, dzikrullah dan mengambil hikmah dari setiap kejadian. Adapun sikap secara jasmani dapat ditempuh dengan menyenangkan hati dan diri dengan sesuatu yang disukai baik itu membaca buku, tadabbur alam, rekreasi atau aktifitas fisik yang disukai lainnya.
Inilah mungkin di antara sikap yang dapat ditempuh untuk mengurangi kesedihan agar tidak berlarut-larut.
Terdapat cara lain pula yang dapat dilakukan tatkala kesedihan menghampiri kita dan tidak orang atau teman yang dapat dijadikan tempat untuk berbicara yaitu dengan cara menuliskannya pada buku catatan harian yang kita miliki.
Cara ini klasik namun secara psikologi sangat efektif untuk meluapkan apa yang menjadi kegundahan di dalam benak kita setelah itu tulislah kembali langkah-langkah yang harus ditempuh untuk memperbaiki kesalahan atau sesuatu yang mengganjal tersebut.
Tulislah apa yang ingin dituliskan pada buku tersebut, seakan-akan kita sedang berbicara dengan seseorang di dalam buku.***
(Artikel ini diintisarikan dari ceramah agama Dr. Hamzah Khaeriyah, M.Ag. pada sesi Kajian Ba’da Sholah Dzhuhur di Masjid Al-Akbar Kota Sorong, pada Selasa 17/5/22)
1 thought on “Cara Mengobati Kesedihan Menurut Ulama Tafsir (Part 1)”
Comments are closed.