Flag Counter
19 May 2024

Kitorang News

Harmoni dan Produktivitas

Dalam Pisah Sambut, Rektor IAIN Sorong Ceritakan Asal Usul Namanya

Rektor IAIN Sorong Dr Suparto, S.Sos MA dalam pose bersama mantan Rektor Prof Dr Hamzah Khariyah, M.Ag, Karo AUAK Dr H. M. Arsyad Ambo Tuo, M.Pd, Wakil Rektor I Dr Muhammad Rusdi Rasyid, M.Pd.I . (KitorangNews)
Penyerahan cindera mata mengiringi acara pisah sambut Rektor IAIN Sorong. (KitorangNews)
Rektor IAIN Sorong Dr Suparto Iribaram, S.Sos MA dan istri saat disambut oleh Wakil Rektor I Dr Muhammad Rusdi Rasyid dan istri di pintu masuk Gedung Rektorat kampus IAIN Sorong. (KitorangNews)

SORONG, KitorangNews.com – Bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2024, sejarah baru tertoreh di Kampus Hijau Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sorong dengan hadirnya Rektor baru Dr Suparto Iribaram, S.Sos MM yang dilantik oleh Menteri Agama pada Senin (29/4) lalu.

Pergantian pucuk pimpinan di IAIN Sorong diikuti dengan acara pisah sambut yang digelar di Aula IAIN Sorong, Kamis (2/5). Dalam acara pisah sambut, mantan Rektor IAIN Sorong, Prof Dr Hamzah Khaeriyah mengatakan 9 bulan lalu, ia bersama pimpinan IAIN Sorong merancang bagaimana suksesi pergantian rektor IAIN Sorong berlangsung aman.

Bahwa Keputusan Menteri Agama yang melantik Dr Suparto Iribaram sebagai Rektor baru IAIN Sorong dalam kondisi sempurna, kondisi penuh persahabatan, kekeluargaan tanpa ada masalah sebagaimana yang biasa terjadi di tempat lain.

“Kalau di tempat lain ada kerikil, kalau di sini (IAIN Sorong) tidak ada kerikil, semua aspal, walaupun aspalnya bolong-bolong,”ujar Prof Hamzah dengan nada sedikit bercanda.

Ketika masa jabatannya berakhir pada 1 April 2024, ternyata Menteri Agama memberikan waktu perpanjangan rektor kepada Prof Hamzah untuk memimpin IAIN Sorong sampai ditetapkan rektor baru.

“Di tempat yang lain, bukan perpanjangan tapi langsung ditangani pimpinan pusat di Jakarta. Kita di sini (IAIN Sorong), Alhamdulillah masih dianggap aman-aman”ujar Prof Hamzah yang telah mengabdi selama 12 tahun dari Wakil Ketua STAIN , Ketua STAIN hingga jadi Rektor IAIN Sorong.

“Kalau saya meminjam pernyataan anak muda, kalau anda membelah dada saya, maka jantung saya akan berkedip-kedip, ngomongnya hanya satu, Papua, Papua, Papua. Itu yang ada di dalam diri saya,”tandas Prof Hamzah.

Kenapa ini terjadi, karena Ia hidup, besar dan berkarir di Papua. Prof Hamzah sangat terkesan dengan IAIN Sorong, karena di kampus hijau inilah, Ia meraih guru besar (Profesor) dan IAIN Sorong Prof Hamzah juga mengaku belajar tentang kepemimpinan.

“Di tempat lain mungkin susah kita temukan, saya temukan di di sini (IAIN Sorong) ,”tandas Prof Hamzah. Untuk mengabadikan nama itu, Prof Hamzah pun membentuk media online di kampus yang diberi nama KitorangNews.

Dikesempatan pisah sambut , Prof Hamzah menyampaikan ucapan terima kasih kepada pimpinan, dekan, dosen dan segenap jajaran Civitas Akademika yang telah banyak berdiskusi dengannya sehingga program yang diagendakan dapat dilaksanakan dengan baik.

Ucapan terima kasih juga disampaikan Prof Hamzah kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan semua pihak yang telah membersamai dirinya selama memimpin IAIN Sorong periode 2020-2024.

Sementara itu, Rektor baru IAIN Sorong Dr Suparto Iribaram, S.Sos MA dalam sambutannya menyampaikan beberapa hal, termasuk tentang namanya yang tidak linier, karena Ia yang asli Papua tapi nama Jawa hingga banyak ditanyakan orang.

“Ini perlu saya klarifikasi ya, karena terkadang kalau nama saya muncul, orang bertanya, ini Jawa dari mana ini, sebenarnya ini ada ceritanya,”tutur Dr Suparto yang mengaku biasa disapa dengan nama Adam.

“Bukan cuma di sini saja yang tanya, di Jakarta, dimana-mana . itu mereka berpikir, lho ini Jawa dari mana. Bahkan ada yang kasi statemen ke saya bahwa ini orang Papua yang namanya tidak liner dengan sukunya. Tapi itu sangat diingat oleh mereka,”ujar Dr Suparto.

Menuturkan kenapa Ia bernama Suparto, diceritakan bahwa di era Presiden Soekarno, ada program pemberantasan koteka dan pemberantasan buta huruf di Papua. Dalam program tersebut semua guru-guru, dari Jawa , dan daerah lainnya dikirim ke Papua.

Alhasil dari guru-guru yang dikirim ke Papua, termasuk di kampung halamannya , ada seorang guru bernama Suparto yang diterima oleh keluarganya dan sudah dianggap keluarga. Dan ketika program pemberantasan buta huruf selesai tahun 1975, dan semua guru yang bertugas dalam pemberantasan buta huruf dan pemberantasan koteka mau ditarik kembali pulang ke Jawa, Ia lahir.

“Kebetulan pak Suparto ini dia adalah bagian dari keluarga angkat di keluarga kami, maka sangat dekat dengan keluarga kami. Maka ketika saya lahir, supaya katanya tidak melupakan beliau, nama saya dikasi ke situ (Suparto) supaya ingat-ingatlah bahwa oh dulu pernah ada guru bernama Suparto bertugas di sini. Kira-kira begitulah ceritanya,”tutur Dr Suparto.

Dari cerita nama itu, Dr Suparto mengatakan bahwa itu adalah bagian dari difusi kebudayaan. Bagaimana penyebaraan kebudayaan dari Jawa sampai di Papua . “Bukan cuma saya saja yang nama Jawa, tapi banyak sekali . Jadi saya pikir, ini sesuatu yang menunjukkan bahwa begitu orang Papua mampu menerima orang lain. Sebenarnya moderasi itu suda ada dalam praktek kehidupan sehari-hari, “ujar Dr Suparto.

Dalam kepemimpinannya, Dr Suparto belum merincikan program apa saja yang akan dibuat selama 4 tahun kedepan, namun yang pasti melibat banyak tokoh agama, tokoh masyarakat dan komponen masyarakat lainnya yang hadir dalam acara pisah sambut, mantan Wakil Rektor III IAIN Jayapura itu mengatakan akan berkolaborasi, memperkuat kerjasama sehingga IAIN Sorong kedepan kian memberikan kontribusi khususnya dalam peningkatkan sumber daya manusia(SDM) di Provinsi Papua Barat Daya.

“Kami tidak mampu berjalan sendirian tanpa ada dukungan dari bapak ibu. Kita harus mempersiapkan sesuatu yang baik untuk anak cucu kita. Maka modal yang terpenting adalah pengetahun, pendidikan, kampus ini (IAIN Sorong) ini adalah modal utama dalam menyiapkan sumber daya manusia,”ujar Dr Suparto Iribaram.

Sementara itu, menyampaikan kesan dan pesan, Dekan Fakultas Syariah dan Dakwah, Dr Bambang Sunatar, MM mengakui bahwa Prof Hamzah adalah pemimpin yang visioner. Jika banyak pemimpin yang menganut.

ABS (asal bapak senang), Prof Hamzah kata Bambang Sunatar, tidak demikian, melainkan Ia selalu hadir dengan sloga yang selalu didengungkan yakni kepemimpinan transformatif.

Banyak hal yang dipetik oleh Dr Bambang Sunatar dari kepemimpinan Prof Hamzah, salah satunya adalah bagaimana bergerak cepat dalam menyelesaikan masalah yang ada di kampus agar masalah itu tidak sampai menghambat program IAIN Sorong sebagai lembaga institusi yang punya target, tujuan dalam mencerdaskan anak bangsa.

“Ada satu program yang menarik bagi saya, bahwa sebagai bentuk dalam mencetak SDM ,khususnya dosen di lingkup STAIN maupun IAIN Sorong,kami pada saat itu didesak untuk segera lanjut studi,”tutur Bambang Sunatar.

Dalam kepemimpinan Prof Hamzah, satu periode STAIN , satu periode IAIN Sorong, sebanyak 21 dosen IAIN Sorong yang diberikan kesempatan untuk melanjutkan program ke jenjang yang lebih tinggi, termasuk dirinya yang ikut dalam program pendidikan doktor tersebut.

Prof Hamzah juga mendorong anak-anak asli Papua untuk kuliah di IAIN Sorong dan kini telah banyak yang bekerja di berbagai bidang.

Sementara itu Ketua Dewan Masjid Drs H. Kisman Rahayaan, MM minta kepada rektor baru, agar melanjutkan perjuangan Prof Hamzah terkait alih status dari IAIN jadi Universitas Islam Negeri (UIN) Sorong.

Kisman Rahayaan pun mengungkapkan progress yang telah ditempuh hingga usulan jadi UIN yang telah mendapatkan rekomendasi dari Pj Gubernur Papua Barat Daya itu telah sampai ke pemerintah pusat.

Rangkaian acara pisah sambut diikuti dengan penyerahan cindera mata dari jajaran IAIN Sorong yang diserahkan oleh Karo AUAK Dr H. M.Arsyad Ambo Tuo, M.Pd kepada mantan Rektor IAIN Sorong, Prof Dr Hamzah Khaeriyah, M.Ag, juga dari Dharma Wanita Persatuan (DWP) IAIN Sorong, PascaSarjana IAIN Sorong serta sejumlah organisasi dan mitra lainnya.

Hadir dalam acara pisah sambut Rektor IAIN Sorong, Pj Gubernur Papua Barat Daya yang diwakili Kepala Dinas Transmigrasi, Tenaga Kerja dan ESDM Provinsi Papua Barat Daya, Suroso, Ketua MUI Kota Sorong, H. Abdul Manan Fakaubun, anggota DPD RI Sanusi Rahaningmas, anggota DPRD Kota Sorong dari PKS, H.Muhammad Taslim, stakeholder, dan tamu undangan lainnya.

Suasana haru biru sangat terasa saat ibu-ibu Dharma Wanita Persatuan (DWP) menyalami mantan Ketua DPW IAIN Sorong Ny Maryam Hamzah. Cium dan peluk erat dengan mata berkaca-kaca melepas Ny Maryam Hamzah yang telah selesai masa baktinya seiring berakhirnya masa jabatan mantan Rektor IAIN Sorong Prof Dr Hamzah, M.Ag.

“Kalau ke Makassar jangan lupa mampir di rumah ya,”ujar Ny Maryam Hamzah kepada ibu-ibu DWP IAIN Sorong yang menyalaminya. (ams)

Tentang Penulis