Penulis: Hamzah Khaeriyah (Rektor IAIN Sorong / Ketua Umum Darud Da’wah wal Irsyad Papua Barat Daya)
Sorong.Kitorangnews.com – Mengoptimalkan iman untuk memproduksi amal shaleh dan meninggalkan larangan Allah, sebagai suatu alternatif, maka ada baiknya melihat pemikiran al Gazali sebagai dikemukakan terdahulu.
Menurut al Gazali terdapat 2 item yang harus dilupakan yaitu kebaikan yang pernah dibuat dan kesalahan orang lain pada diri kita, sementara ada 2 yang harus diingat yaitu bantuan orang lain yang kita terima dan kejahatan yang pernah dibuat ke orang lain.
Jumlah persentase pada setiap item adakah 25 % maka total 100%. Untuk 50 % yang harus diingat dan dilupakan 50% atau informasi yang harus diingat hanya 50 % dan 50 % yang lain harus dibuang ke keranjang sampah
Langkah ini mencontoh tata kerja handphone yang menampung semua informasi yang masuk, baik yang diproduksi sendiri oleh pemiliknya maupun yang dikirimkan oleh teman group.
Terkadang oleh pemilik handphone bertahan untuk tidak akan menghapusnya, terdapat juga yang bersedia dengan sukarela untuk menghapusnya, dan yang lain melakukan setelah melihat dan mempertimbakan karena merasa jengkel dengan lambat loading dari handphone sang pemilik.
Berkaitan dengan itu, maka nabi menyuruh umat yang beriman agar menyatakan yang baik- baik saja jika akan berbicara atau jika tidak bisa berkata yang benar adalah bersikap memilih untuk diam.
Oleh sang pendakwah Islam, biasa mengemukakan hadis Nabi bahwa seseorang yang melakukan kejahatan seharusnya bertaubat dan melakukan perbuatan baik.
Masih bagian pemodelan optimalisasi iman dengan mengajukan pertanyaan, apakah pemodelan ini bisa meningkatkan produksi amal shaleh.
Jawabannya secara teoritis bisa. Namun sebelum menjawab tuntas, diperlukan uraian terkait dampak buruk ketika amal kebaikan diingat terus oleh sang pelaku.
Pertama, seseorang yang mengingat kebaikannya, maka peluangnya adalah mereka ingat dan boleh jadi akan membuat bangga. Dan karena bisa saja berbangga dalam hati dan dikhawatirkan akan mempengaruhi tingkat keikhlasan.
Kedua boleh jadi kebaikan akan itu disampaikan ke orang lain yang kemungkinan bisa berakibat pada terganggunya psikologis penerima manfaat kebaikan.
Ketiga., dengan mengingat kebaikan akan menjadikan seseorang puas atasnya sehingga merasa puas dan tidak ada pemikiran baru untuk menambah amal shaleh
Wallahu A’lam
==BERSAMBUNG…===
More Stories
Pengukuran, Besaran, dan Satuan Sebuah Konsep Dasar Memulai Kehidupan
Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah (20)
Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah (22)