Penulis: Hamzah Khaeriyah (Rektor IAIN Sorong / Ketua Umum Darud Da’wah wal Irsyad Papua Barat Daya)
Sorong.Kitorangnews.com – Pada sebelumnya telah diuraikan dua hal yaitu melupakan kebaikan yang pernah diberikan kepada orang lain dan melupakan juga keburukan orang lain kepada kita.
Kedua perbuatan untuk melupakan ternyata hampir berimbang tingkat kesulitan untuk melupakannya bahkan terlihat tipikal yang melakukan penggabungan sekaligus dengan nada jengkel dan marah.
Terkait mengingat kebaikan orang lain kepada kita dan mengingat kesalahan kita kepada orang lain, perlu diawali dengan pertanyaan.
Apakah bisa mengingat kebaikan orang lain kepada diri sendiri. Jawabannya terdapat dua kemungkinan, yaitu:
Pertama. Bisa diingat!!.
a). Ketika seseorang ingin lagi memperoleh bantuan dari teman atau siapa yang pernah memberi bantuan atau kebaikan, maka pilihannya adalah mengingat orang yang pernah berbuat baik kepadanya. Motivasi mengingatnya karena ingin memperoleh bantuan lagi. Orang ini senang memohon bantuan dan bahkan mungkin menjadi kebiasaan dirinya. Ketergantungan kepada bantuan orang lain yang demikian menjadi bagian dari kebiasaan. Bagaimana pandangan Islam tentangnya. Kapan ia bisa membantu orang lain, kapan bisa memiliki tangan di atas. Tipikal ini selalu ingin menjadikan tangannya di bawah. Mungkin ikhtiarnya kurang dan juga niatnya untuk bergerak dalam arti kemandirian yang kurang.
b). Mengingat juga namun ia tidak berniat lagi untuk meminta bantuan. Tapi mungkin secara sengaja mencari dari WA orang -orang yang pernah membantunya. Motivasi hanya ingin mengingat dan membacakan surah alfatihah yang pahalanya dianugerahkan kepada mereka. Perilaku seperti ini, mungkin dinyatakan sesuai dengan perintah Alquran agar penerima manfaat dapat memberikan balasan. Luar biasa tipikal seperti ini. Perlu untuk tetap diteruskan. Optimslisasi amal shaleh bisa dilakukan. Keinginan untuk mandiri dan mungkin ia bisa mencontoh perilaku orang yang membantunya.
Kedua, Tidak diingat!!.
Sama sekali tidak diingat, benar-benar mereka lupa orang yang pernah membantu.. Orang seperti ini tidak ada beban sedikitpun dari jerih payah seseorang yang pernah membantunya. Waduh…. bagaimana mau membalasnya, mengingat saja tidak.
Bagaimana dengan perilaku mengingat kesalahan yang pernah dilakukan kepada orang lain. Mungkin dapat ditemukan dua jawaban. Pertama mengingat. ia mengingat kesalahan itu, dan dalam hatinya tidak memohon ampun kepada Allah atas kesalahan masa lalu. Mungkin ada lagi yang mengingat masa lalu itu, namun memohon inayah atau pertolongan Allah agar tidak mengulanginya. Kedua, tidak mengingat. Tidak mengingat kesalahan masa lalu mungkin tidak pernah atau kurang biasa memohon ampun krpada sang pencipta.
Memperhatikan tipikal baik yang harus diingat maupun yang dilupakan, maka terlihat perbuatan yang bisa dilanjutkan dan hal ini dapat mengoptimalkan iman. Selain itu terdapat tipikal yang seharusnya untuk tidak dilakukan lagi.
Bagaimana dengan saya dan mungkin juga anda. Yang paling mengerti adalah yang bersangkutan bukan orang lain.
Wallahu A’lam
==BERSAMBUNG…===
More Stories
Pengukuran, Besaran, dan Satuan Sebuah Konsep Dasar Memulai Kehidupan
Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah (20)
Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah (22)