Flag Counter
17 September 2024

Kitorang News

Harmoni dan Produktivitas

Keterangan Foto: Dr. Muhammad Rusdi Rasyid, SS., M.Pd.I. (Wakil Rektor I Institut Agama Islam Negeri Sorong).

Sorong, kitorangnews.com – Tahun ini 2022 M/1443 H kita masih berada pada situasi landai dari serangan wabah pandemi Covid-19 tahun ketiga di seluruh dunia. Inilah yang membuat kesan tersendiri pada Idul Adha tahun ini.

Kesan yang kedua adalah Sebagian saudara-saudara kita di berbagai negara telah melaksanakan shalat ied kemarin, pada Sabtu (09/7/22), dan sebagian lagi di berbagai negara melaksanakan shalat ied pada hari ini (10/7/22) termasuk di Indonesia yang tercinta ini.

Pelaksanaan shalat ied di hari Sabtu dan hari Ahad ini adalah hasil dari Ijtihad dari para Ulama kita. Kedua hari pelaksanaan shalat ied ini bukan untuk diperdebatkan dan dipertentangkan, melainkan mari saling menghargai hasil ijtihad para Ulama kita.     

Pada kesempatan ini, sebagaimana kementerian Agama sedang gencar mensosialisasikan program Moderasi Beragama yang dilatarbelakangi fenomena isu Intoleran dan Radikalisme yang terjadi di tanah air Indonesia, maka topik utama pada rubrik artikel ini adalah “Moderasi Beragama Wujudkan Islam Rahmatan Lil ‘Alamin.”

Moderasi beragama merupakan pemahaman keagamaan yang mengambil posisi tengah, tidak condong ke kiri maupun condong ke kanan.

Dalam konteks Islam wasathiyah, pemahaman ini pada dasarnya juga mengandung prinsip keagamaan yang mengarah pada upaya untuk mengatur kehidupan yang seimbang.

Keseimbangan dalam mengamalkan ajaran Islam menjadi hal amat penting untuk dipahami oleh setiap muslim. Dengan pemahaman Islam yang seimbang seseorang tidak akan condong pada suasana batin keimanan yang emosional karena ia akan dikendalikan oleh sikap dan pemahaman keagamaannya yang berlebihan.

Ketika sikap keagamaan ditunjukkan melalui ekspresi kemarahan- ekspresi marah, akan mudah ditebak bahwa seseorang telah dikuasai oleh Hawa Nafsu dan Amarahnya.

Konsekuensinya, karakter seperti ini kemudian membuat seseorang kurang bijaksana dalam bersikap dan bertindak, terutama kepada kelompok lain yang dianggap berbeda.

Untuk Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin, kita bisa menggunakan pendekatan Moderasi Beragama.

Oleh karena itu ada 4 (empat) indikator Moderasi Beragama untuk Mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

Indikator Moderasi BeragamaYang Pertama; adalah Komitmen Kebangsaan

Komitmen kebangsaan merupakan indikator yang sangat penting untuk melihat sejauh mana cara pandang dan ekspresi keagamaan seseorang atau kelompok tertentu terhadap ideologi kebangsaan, terutama komitmennya di dalam menerima Pancasila sebagai dasar negara Indonesia.

Orientasi gerakan dan pemikiran keagamaan yang memiliki cita-cita untuk mendirikan sistem negara khilafah, daulah islamiyah, maupun imamah yang berseberangan dengan prinsip negara bangsa Indonesia tentu tidak dibenarkan karena hal tersebut tidak sesuai dengan komitmen kebangsaan yang telah disepakati bersama oleh para pejuang dan pendiri bangsa Indonesia

Untuk itu, pemahaman keagamaan dan kebangsaan harus diletakkan dalam nafas keseimbangan. Dalam hal ini indikator moderasi beragama bisa dilihat dari komitmen pemahaman keagamaan sesorang yang sekaligus dibungkus dalam bingkai kebangsaan.

Indikator Moderasi BeragamaYang Kedua; adalah Toleransi

Toleransi merupakan sikap untuk memberi ruang dan tidak mengganggu orang lain untuk berkeyakinan, mengekspresikan keyakinannya, dan menyampaikan pendapat, meskipun hal tersebut berbeda dengan yang kita yakini. Sikap terbuka seperti ini menjadi titik penting dari toleransi. Selain keterbukaan dalam menyikapi perbedaan, toleransi mengandung sikap menerima, menghormati orang lain yang berbeda, serta menunjukkan pemahaman yang positif.

Islam merupakan ajaran yang toleran karena menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ajaran Islam menuntun manusia untuk menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia. Islam sangat menghormati setiap hak asasi manusia, berjalan bersama, dan saling tolong menolong. Ajaran Islam bukan untuk menundukkan kelompok-kelompok lain yang berbeda, namun menjadi pelindung bagi peradaban dunia.

“Dan tiadalah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiya [21] :107)

Pada dasarnya, toleransi tidak hanya terkait dengan intra agama dan toleransi antar agama, namun juga terkait dengan toleransi sosial maupun politik. Dengan demikian, indikator dari moderasi beragama terkait toleransi adalah kemampuan di dalam menunjukkan sikap dan ekspresi keagamaan dengan sesungguhnya untuk menghormati perbedaan yang terjadi di masyarakat.

Indikator Moderasi BeragamaYang Ketiga; adalah Anti Radikalisme dan Kekerasan

Radikalisme dan kekerasan dalam konteks moderasi beragama muncul sebagai akibat dari pemahaman keagamaan yang sempit. Sikap dan ekspresi yang muncul dari ideologi dan pemahaman ini cenderung ingin melakukan perubahan dalam tatanan kehidupan sosial masyarakat dan politik dengan menggunakan cara-cara kekerasan.

Ajaran agama, terutama Islam pada hakikatnya sangat menjunjung tinggi nilai kemanusiaan. Islam hadir di muka bumi sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta (rahmatan lil’alamin). Akan tetapi, tidak bisa dipungkiri pada saat ini masih terjadi fenomena lain yang menjauh dari misi kerasulan tersebut karena faktor pemahaman keagamaannya yang konservatif.

Jama’ah sholat Idul Adha Kampus IAIN Sorong yang Dimuliakan Allah.

Untuk itu, indikator moderasi beragama dalam hubungannya dengan paham radikalisme terletak pada sikap dan ekspresi keagamaannya yang seimbang dan adil, yaitu sikap dan ekspresi keagamaan yang mengutamakan keadilan, menghormati, dan memahami realitas perbedaan di tengah-tengah masyarakat.

Indikator Moderasi BeragamaYang Keempat: adalah Akomodatif terhadap Budaya Lokal

Praktik dan perilaku keagamaan yang akomodatif terhadap tradisi dan budaya lokal dapat digunakan untuk melihat sejauh mana pemahaman tersebut bersedia untuk menerima praktik keagamaan yang mengakomodasi kebudayaan lokal dan tradisi. Orang-orang moderat memiliki kecenderungan lebih ramah dalam penerimaan tradisi dan budaya lokal dalam perilaku keagamaannya, sejauh tidak bertentangan dengan prinsip dasar agama. Pemahaman keagamaan yang tidak kaku ditandai dengan kesediaan untuk menerima praktik dan perilaku yang tidak semata-mata menekankan pada kebenaran paradigma keagamaan normatif, namun juga paradigma kontekstualis yang positif.

Inilah kiranya 4 (empat) Indikator Moderasi Beragama yang dapat mewujudkan Islam Rahmatan Lil Alamin.

(Artikel ini dintisarikan dari Khutbah Idul Adha Dr. Muhammad Rusdi Rasyid, SS., M.Pd.I./ Wakil Rektor I Institut Agama Islam Negeri [IAIN] Sorong, Papua Barat di Aula IAIN Sorong, pada Minggu 10/7/22)

Loading

Tentang Penulis