
Sorong. kitorangnews.com – Dalam Islam ada yang dikenal dengan ikhlas. Perkara ikhlas ini mungkin sebagian besar umat Islam telah menerapkannya pada kehidupan sehari-hari.
Islam menempatkan posisi ikhas pada tempat yang sangat penting tatkala beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’alaa.
Salah seorang ulama memberikan contoh ikhlas itu ibarat ingin membuang hajat (baca: buang air besar), jika kita memaksakan diri ketika buang air besar, maka buang hajat tersebut akan sangat terasa berat.
Bahkan ketika berada pada waktu kepepet maka kita harus segera mungkin membuang hajat. Namun setelah kita selesai membuang hajat maka plonglah perasaan kita.
Itulah kebahagiaan yang kita rasakan ketika buang hajat. Di samping tidak ada yang melihat maupun mendengar, kita pun tidak pernah berharap apa yang telah keluar itu dapat kembali bahkan kita enggan untuk melihat apa yang kita buang. Intinya selesai ditunaikan perasaan kita bahagia.
Seperti itulah kira-kira contoh dari yang namanya ikhlas.
Ikhas itu punya pilar atau tiang, ulama menjelaskan bahwa setidaknya terdapat tiga pilar ikhlas.
Pilar Pertama adalah ketaatan, kalau kita taat maka itulah pilar pertama dari keikhlasan kita. Sebab tidak ada keikhlasan di dalam kemaksiatan.
Kalau seseorang berbuat maksiat tidak perlu harus ikhlas. Namun jika mau berbuat ketaatan, menyembah karena Allah subhanahu wa ta’alaa maka sangat diperlukan yang namanya ikhlas.
Kita melakukan shalat maupun ibadah lainnya kepada Allah subhanahu wa ta’alaa karena perintah agama dan karena Allah ta’alaa.
Pilar Kedua adalah kebenaran / ash-shidqu, lawan kata dari kata as-shidqu adalah al-kadzibu (bohong).
Dalam kehidupan ini ada tiga yang melihat kita, pertama adalah orang lain, kedua adalah diri kita sendiri, itulah hati kita dan ketiga adalah malaikat.
Orang lain tidak dapat melihat kita melakukan apa yang kita lakukan. Namun hati kita dan malaikat akan senantiasa melihat apa yang kita lakukan.
Jadi dari apa yang melihat kita di dalam kehidupan ini yang bisa dibohongi adalah orang lain. Sedangkan hati dan malaikat tidak dapat dibohongi.
Pernah kita mungkin mengatakan nada yang semisal seperti ungkapan kalau bukan karena saya melakukan ini dan itu, tidak membantu itu dan ini. Maka itu tidak mungkin begitu.
Maka tanpa disadari ini secara tidak langsung telah membohongi hati kita. Seharusnya bahasa yang terlontarkan itu kalau bukan karena pertolongan Allah maka hal itu tidak mungkin seperti itu.
Diri kita ini kadang-kadang muncul perasaan ingin jadi hebat. Namun yakinilah hati takkan mau menerimanya.
Jadi jangan kita berbangga diri di depan hati kita, kita mungkin saja dapat tidak berbangga di depan orang. Tetapi yang berbahaya adalah berbangga diri depan hati kita.
Kita merasa hebat, paling kuat melakukan ibadah dan berbangga diri di hadapan hati kita.
Oleh karenanya, ikhlas itu kita harus berada pada kebenaran serta menegakkanya dan berbangga diri di depan hati kita.
Pilar Ketiga adalah as-shabru / sabar. Kita harus sabar dalam beribadah. Mungkin besok kita akan mendapatkan bisikan-bisikan yang membuat kita malas beribadah makanya kita harus sabar.
Orang yang gemar berdzikir itulah orang yang sabar, orang yang rajin beribadah tentu merupakan orang yang sabar. Manakala kita sabar maka kita akan menuai kemenangan.***
Semoga bermanfaat!
(Artikel ini diintisarikan dari Kultum Dr. Hamzah Khaeriyah, M.Ag. / Rektor Institut Agama Islam Negeri [IAIN] Sorong, Papua Barat di Masjid Quba Kota Sorong, pada Kamis 01/9/22)
More Stories
Rektor IAIN Sorong Hadiri Peringatan HUT Kabupaten Sorong ke-57
Sukseskan MTQ Ke-1 Provinsi Papua Barat Daya, 4 Pimpinan IAIN Sorong Jadi Anggota Dewan Hakim
Rayakan HUT Kabupaten Sorong ke-57, 41 Regu Ramaikan Lomba Gerak Jalan