Sorong. kitorangnews.com – Kepala Biro Administrasi Umum, Akademik dan Kemahasiswaan (AUAK) yang juga merupakan Sekretaris Rumah Moderasi Beragama IAIN Sorong, Dr. H. Muhammad Arsyad Ambo Tuo, M.Ag. mengatakan moderasi beragama bukan agama namun persepsi umat beragama dalam mengelola kebangsaan Indonesia. Kamis (17/11/2022).
Dalam narasinya, rumah Moderasi Beragama (RMB) itu memiliki 4 faktor yang sangat urgen, yaitu:
1.Komitmen Kebangsaan
Komitmen kebangsaan mengamanatkan kepada seluruh bangsa agar menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
Komitmen kebangsaan mengembangkan persatuan Indonesia sedemikian rupa sehingga asas Bhinneka Tunggal Ika dipertahankan.
• Komitmen kebangsaan tidak memberi tempat pada patriotisme yang licik.
• Dengan komitmen kebangsaan yang dilandasi oleh pandangan hidup Pancasila, bangsa Indonesia telah berhasil merintis jalan menjalani misinya di tengah-tengah tata kehidupan di dunia.
• NKRI yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur bertekad untuk mewujudkan bangsa yang maju, mandiri serta lahir batin, sejajar dengan bangsa lain yang sudah maju
2. Toleransi
Dengan adanya sikap toleransi, konflik dan perpecahan antar individu maupun kelompok tidak akan terjadi.
Banyak orang menyebut toleransi sebagai kunci utama perdamaian yang patut dijaga.
Hal tersebut penting untuk diperhatikan mengingat bangsa Indonesia mempunyai latar belakang perbedaan yang beragam, mulai keyakinan, suku, ras, hingga warna kulit,“ katanya.
3. Anti Kekerasan
Dinamika proses pendidikan mengalami berbagai macam permasalahan terutama dari peserta didik itu sendiri. Sehingga dalam menangani masalah-masalah, dengan metode kekerasan oleh “oknum tertentu di lingkungan pendidikan”, yang menimbulkan permasalahan baru dari tindakan kekerasan yang dilakukan.
Oleh karena itu diperlukan solusi yang tepat dan benar sesuai ajaran Islam. Al-Qur’an terkait dengan konsep dan implementasi pendidikan dalam Al-Qur’an adalah pendidikan yang damai, pendidikan anti kekerasan.
Pendidikan anti kekerasan adalah suatu usaha sadar dan sistematis yang dirancang untuk menanamkan nilai-nilai anti kekerasan kepada peserta didik.
Utamanya masyarakat agar peserta didik dapat menjadikan prinsip menolak segala bentuk tindak kekerasan sabagai pandangan hidup, sikap hidup dan keterampilan hidup dalam setiap hal.
Konsep pendidikan anti kekerasan ini tertuang di dalam Q.S. Ali ‘Imran:159, Anbiya’:107, QS. Al Ma’idah:32, 54 dan QS. Al-Fath 29.
4. Adaptif Terhadap Budaya
Kemampuan adaptif harus menjadi salah satu jati diri di kalangan masyarakat dan aparatur sipil negara (ASN).
Adaptif bermakna erat dengan semangat dan kemampuan berinovasi, kreatif, serta proaktif menghadapi perubahan. Pelayanan kepada masyarakat yang tadinya diselenggarakan secara manual, sekarang harus modern, agil (baca: tangkas, cekatan) dan ada produk yang dihasilkan.
“Kita sebagai insan-insan perubahan pada lembaga perumus kebijakan di bidang pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi, sudah sepatutnya mampu menjawab tantangan tersebut dengan tepat dan cerdas,” ujarnya.
Aparatur yang adaptif dikuatkan oleh core values BerAKHLAK yang telah diluncurkan Presiden Joko Widodo satu tahun lalu.
Arsyad menegaskan, budaya BerAKHLAK harus menjadi dasar para Agen Perubahan dalam menciptakan perubahan nyata pada unit kerjanya.
Esensi utama dari BerAKHLAK adalah aktualisasi dari setiap nilai dalam perilaku dan prestasi sehari-hari. Tentunya perlu didasari pada pemahaman yang holistik tentang nilai BerAKHLAK dan semangat kebanggaan dalam melayani bangsa.
Ia mengatakan, menjadi ASN di IAIN Sorong kini adaptif terhadap berbagai tantangan menjadi suatu hal yang mutlak.
ASN sebagai pelayan masyarakat memiliki tantangan yang harus dihadapi, seperti dengan adanya era industri 4.0, serta munculnya disrupsi teknologi.
“Komitmen dan kapasitas kita dalam beradaptasi dan berinovasi akan menentukan bagaimana merespon perubahan yang ada. Agar dapat memberikan dampak positif bagi pengabdian kita kepada bangsa dan negara dibidang Budaya,” ungkapnya.
Internalisasi dan implementasi core values BerAKHLAK merupakan gerbang penguat budaya kerja yang mendesak untuk diwujudkan di Papua Barat.
Senada dengan hal tersebut di atas, Ketua Rumah Moderasi Beragama (RMB) IAIN Sorong, Pendeta Obed Nego Mauri S.Th., M.Th, mengatakan Moderasi Beragama penting untuk digaungkan di Papua dan Papua Barat dan kawasan timur Indonesia. Kamis, (17/11/2022).
Pendeta Obed Nego Mauri menjelaskan moderasi beragama harus digaungkan sebagai framing dalam mengelola kehidupan masyarakat Indonesia.
Dikatakan Mauri, penguatan terhadap nilai-nilai moderasi beragama menjadi tanggung jawab semua pihak.
“Karena itu suara lantang membumikan moderasi beragama di Sorong, Papua Barat perlu digaungkan ke seluruh kawasan negeri ini,” kata Mauri melalui telepon genggamnya, Kamis (17/11/2022) pagi.
Dikatakan Rumah Moderasi Beragama IAIN Sorong merupakan sejarah baru dalam kelembagaan ini. Karena memberikan penegasan bahwa civitas akademika, pejabat serta jajaran sudah dinyatakan clear mengimplementasikan moderasi beragama.
Rumah Moderasi Beragama sebagai instrumen moderasi beragama sudah selesai. Dan kini menjadi ujung tombak bagaimana menginplementasikan moderasi beragam di IAIN Sorong kepada masyarakat daerah ini.***
Artikel ini telah tayang di suarakarya.id dengan judul Rumah Moderasi Beragama IAIN Sorong Bikin Sejarah Baru Toleransi Umat di Papua Barat.
More Stories
Rektor IAIN Sorong Hadiri Peringatan HUT Kabupaten Sorong ke-57
Sukseskan MTQ Ke-1 Provinsi Papua Barat Daya, 4 Pimpinan IAIN Sorong Jadi Anggota Dewan Hakim
Rayakan HUT Kabupaten Sorong ke-57, 41 Regu Ramaikan Lomba Gerak Jalan