Flag Counter
18 January 2025

Kitorang News

Harmoni dan Produktivitas

Ramadan: Evaluasi, Tindaklanjut dan Istiqamah(2)

Gambar Ilustrasi (kitorangnews.com/RR)

Penulis: Hamzah Khaeriyah (Rektor IAIN Sorong / Ketua Umum Darud Da’wah wal Irsyad Papua Barat Daya)

Sorong.Kitorangnews.com – Doa yang dikemukakan pada bagian yang lalu memberikan informasi bahwa umat Islam memiliki harapan agar diberi keberkahan pada dua bulan sebelum ramadhan.

Keberkahan itu akan berlanjut dengan Allah memberikan kemampuan kepada umat Islam untuk menunaikan ibadah pada bulan Ramadan.

Bulan Rajab dan Sya’ban adalah dua bulan yang berada sebelum bulan Ramadan. Sehingga bisa dikatakan bahwa dua bulan itu merupakan pase persiapan dalam memasuki bulan Ramadan.

Nah, persiapan apa saja yang dilakukan oleh umat Islam. Pada uraian sebelumnya terlihat persiapan yang dilakukan oleh umat Islam dari sisi penjadwalan kegiatan agar tidak bentrok dengan aktifitas pada bulan Ramadan.

Selain itu oleh pengurus juga melakukan persiapan antara lain pembersihan pada area dan sekitar masjid, penyusunan dan simulasi program kegiatan Ramadan.

Bahkan salah satu tradisi pada masjid tertentu di Kota Sorong yang kini berada di provinsi baru Papua Barat Daya adalah mendatangkan imam dan penceramah dari luar kota Sorong yang dibiayai oleh seorang penginfak atau pemberi infak yang tentu saja tiket perjalanan dan infak lainnya telah disiapkan.

Keinginan besar pengurus masjid beraktifitas merupakan bagian persiapan ramadan untuk memberikan layanan terbaik kepada jamaah.

Persiapan yang dilakukan oleh umat Islam baik yang dilakukan secara pribadi maupun oleh pengurus masjid dapat dikemukakan pada pertanyaan dengan mengaitkan pada doa di atas.

Apakah persiapan itu akan mengantar pada perolehan keberkahan?. Untuk menjawab pertanyaan ini, sebaiknya dikemukakan pengertian tentang berkah. Oleh ulama menyebut bahwa berkah adalah kebaikan yang banyak.

Pandangan ini tidak disebutkan jenis kebaikan yang dimaksud. Namun perlu ditelaah kebaikan dari sisi pencapaiannya baik dari sisi dimensi waktu, niat dan dari cara melaksanakan.

Kebaikan dari sisi dimensi waktu, dapat dikemukakan salah satu contoh yaitu ada doa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW yang dikenal dengan doa makan.

Doa makan ini diharapkan diamalkan pada saat menjelang santap makan. Perlu menalar untuk memahami berkah dalam persiapan makan ini.

Petunjuk Nabi Muhammad SAW yang lain bahwa makan harus dibagi dari sisi volume yang akan memenuhi ruang perut berupa tiga porsi saja yaitu untuk material makan sendiri, air dan ruang untuk bernafas.

Ketiga porsi ini menjadi satu paket yang akan dikendalikan oleh setiap orang yang menikmati makanan. Adalah melahirkan perasaan yang kurang enak jika penataan ketiga item dimaksud tidak dilakukan secara berimbang.

Jika sekiranya porsi makanan yang terlalu besar, maka tentu akan mengurangi porsi lainnya. Sehingga energi baru yang dihasilkan oleh makanan tidak dapat dioptimalkan pemanfaatannya oleh yang bersangkutan.

Sebaliknya jika sekiranya dilakukan pada porsi yang berimbang maka yang bersangkutan berpeluang akan melakukan optimalisasi terhadap energi baru itu, dalam aktifitas yang boleh jadi pada produksi kebaikan.

Bahkan, ketika usai makan, Nabi Muhammad SAW mengajarkan doa: Alhamdulillah alladzi  Ath”amana wasa qana waja’alana muslimin.

Doa ini mengajarkan tentang cara merespon nikmat Allah SWT berkaitan aneka cita rasa yang baru saja dinikmati oleh hamba yang makan.

Kembali kepada dimensi waktu. Ada baiknya membandingkan penggunaan energi baru yang dihasilkan oleh makanan pada saat sebelum makan dan setelah makan.

Harapan yang diinginkan adalah terjadi peningkatan produksi kebaikan setelah menikmati makanan dibandingkan dengan sebelumnya. Jika sekiranya terjadi peningkatan produksi kebaikan,maka tentu relevan dengan makna berkah.

Tetapi jika pengurangan produksi kebaikan berarti tidak berkah atau mungkin bisa disebut dengan mubazzir.

Masih dimensi waktu. Waktu yang dimiliki.  oleh seluruh makhluk termasuk manusia adalah 24 jam. Ada manusia yang bisa memproduksi kebaikan dalam arti memikirkan, melaksanakan, mempromosikan kepada orang lain dan bahkan kebaikan itu dinikmati oleh antar generasi, namun tentu saja ada manusia yang hanya mampu berbuat untuk dirinya saja dalam arti niat saja.

Dengan kata lain optimalisasi sumber daya waktu menjadi bagian dari perilaku orang yang memperoleh keberkahan. Jika sekiranya uraian waktu ini tentang keberkahan dibuat rumus mungkin akan menghasilkan narasi bahwa berkah adalah sedikit penggunaan modal namun menghasilkan aneka dan prekwensi kebaikan. Dimensi lain dari berkah adalah Niat.

Niat menurut Islam, sangat penting. Penjelasan  ulama menyebutkan bahwa niat berfungsi pembeda, perbuatan ibadah dan selainnya, serta membedakannya pula dengan ikhlas dan tidak ikhlas bagi seseorang.

Jika niat tidak ikhlas pada ibadah seseorang, maka oleh ulama menyebutnya tidak diterima oleh Allah SWT. Sehingga hal tersebut tentu tidak dapat dinilai sebagai kebaikan. Mengapa?, karena tidak memberikan efek pada kehidupan yang baik untuk akhirat.

Ada baiknya, konsep waktu yang dipahami dari doa yang diajarkan Nabi Muhammad SAW dua bulan sebelum ramadan di atas, dipahami penggunaan sumber daya manusia untuk menghasilkan produktifitas aneka kebaikan yang dapat menembus lintas generasi.

Dimensi ketiga dari berkah adalah cara melaksanakan kebaikan. Ajaran dasar Alquran tentang kebaikan, adalah ia diproduksi dengan cara dan tujuan dengan tidak mendatangkan permusuhan antar sesama.

Memproduksi sesuatu yang kemudian dipandang sebagai kebaikan, namun bertentangan dengan nilai kemanusiaan, maka tidak relevan dengan kebaikan versi Ajaran Alquran.

Konsep berkah yang dikemukakan di atas dipandang relevan dengan fungsi Ramadan yang mendorong manusia berproduksi kebaikan dengan janji pahala yang amat berganda. Wallahu A’lam.

==BERSAMBUNG…===

Loading

Tentang Penulis