SORONG, Kitorangnwes – Sebagai perpustakaan dengan Akreditasi A untuk wilayah Timur, koleksi buku-buku yang dimiliki UPT Perpustakaan Institut Agama Islam Negeri Sorong termasuk lengkap.
Menurut Mutawalli, S. Hum., M.IP Staf Pengadministrasi dan Pengawas Perpustakaan IAIN Sorong, saat ini tercatat sekitar 17.000 buku yang ada di perpustakaan IAIN Sorong.
“Kalau jumlahnya ada sekitar 17.000 buku, masih banyak yang belum diinput,”ujar Mutawalli.
Pria yang akrab disapa Ali mengungkapkan sebagai perpustakaan perguruan tinggi, pengadaan buku-buku tentunya disesuaikan dengan jurusan mata kuliah di kampus.
Seperti buku-buku Tarbiyah, Syariah dan Dakwah dan lainnya.
“Karena perpustakaan perguruan tinggi jadi kita berbasis kebutuhan kampus. Makanya kalau kita mau pengadaan harus sesuai kebutuhan,”ujar Mutawalli, Senin (18/9).
Menanyakan apakah koleksi buku yang tersedia bisa dikatakan lengkap, dikatakan Mutawalli, karena informasi selalu update per detik, maka pasti masih ada buku yang kurang.
Koleksi buku tetap cukup sesuai kebutuhan mahasiswa.
Untuk meminjam buku di perpustakaan, mahasiswa harus memiliki kartu perpustakaan.
“Kita juga melayani pengunjung di luar kampus, kalau mereka (orang luar) mau pinjam buku, menjadikan KTPnya sebagai jaminan,”jelasnya.
Peminjaman buku diberikan kepada mahasiswa dari kampus lain yang mungkin mau menulis atau penelitian untuk penyelesaian skripsi ataupun disertasi.
Adapun batas peminjaman buku perpustakaan untuk mahasiswa satu pekan, sedangkan dosen dan pegawai bisa pinjam lebih lama yakni satu semester.
Waktu pengembalian beda karena menurut Ali, buku yang dipinjam dosen untuk kepentingan bahan penelitian, dan lainnya yang butuh waktu cukup lama.
Sedangkan untuk mahasiswa karena jumlahnya banyak sehingga pengelola perpustakaan mempertimbangkan harus tetap ada sirkulasi, sehingga batas waktu pengembalian buku-buku hanya satu minggu.
Dalam koleksi buku Perpustakaan, diakuinya, 1 judul buku paling banyak 7 dan minimal 3. Untuk koleksi buku-buku di perpustakaan IAIN Sorong, ada yang bersumber dari pengadaan dan sumbangan dari mahasiswa.
Untuk mahasiswa IAIN Sorong yang tak lama lagi diwisuda, wajib menyerahkan 3 buku.
“Itu yang menambah koleksi dan itu juga mencukupi kebutuhan untuk menambah koleksi yang update informasinya.
Karena itu kita tentukan kadang buku yang diserahkan ke kami 5 tahun ke depan, bisa sampai 3 tahun ke belakang,”tuturnya.
Kepada mahasiswa IAIN tingkat akhir yang akan menyerahkan buku di perpustakaan IAIN Sorong diminta untuk mencari buku keluaran gramedia. Pasalnya jika belum paham, buku asli dan palsu itu sangat jelas perbedaannuya.
“Di Sorong ini agak sulit kita dapatkan buku yang asli, mahasiswa kan belum tahu buku yang asli dan dan tidak asli, karena memang sama.
Tapi kelihatan dari kualitas kertas dan covernya, dari simetris pemotongan kertasnya juga keliatan.
Kalau buku dari gramedia itu kan pasti asli,”ujar Mutawalli.
Tambahan koleksi buku di perpustakaan selain dari mahasiswa, juga dari dosen. Bahkan kini setiap tahun hasil karya dari program P3M, penelitiannya jadi buku.
Di Pascasarjana, karya tesis juga dijadikan buku yang kemudian disumbangkan ke perpustakaan.
Menanyakan suksesnya pengelolaan perpustakaan, dikatakan Mutawalli, bukan dilihat dari jumlah pengunjung saja, yang terpenting adalah apakah buku-buku yang dibutuhkan pengujung selalu tersedia dan cepat pelayanannya.
Dalam klaster wilayah timur, UPT Perpustakaan IAIN Sorong masuk akreditasi A dan ini dianggap baik.
Mutawalli berharap, untuk pengelolaan perpustakaan semakin baik, agar ada program
studi banding keluar, mengikuti pelatihan-pelatihan di Jakarta bahkan international.
“Supaya kita bisa melihat perkembangannya apa saja, bagaimana meningkatkan terutama koleksi informasi yang ada di dalam baik itu digital maupun yang dicetak,”tandasnya.
Yang berkembang saat ini adalah digital seperti E- book, E- jounal yang juga ditangani perpustakaan.
Dikatakan Mutawalli, kedepan, nantinya perpustakaan berbasis digital. Artinya, lambat laut buku cetak ditinggalkan.
Hanya saja diakuinya, penggunaan digital maintenancenya cukup besar, perlu kesiapan Sumber Daya Manusia.
“Kalau digital masih ribet untuk mencarinya, belum lagi masih ada yang gaptek.
Jadi kedepan itu nantinya hanya berapa persen yang tercetak, selain itu koleksi digital,”terang Ali.
Lebih lanjut diakuinya, saat ini IAIN Sorong memiliki 2 orang pustakawan.
Secara umum pustakawan di Provinsi Papua Barat Daya masih kurang. Sehingga diharapkan perguruan tinggi membuka jurusan ilmu perpustakaan.
Perpustakaan di SD, SMP, SLTA hingga perguruan tinggi umumnya belum bagus pengelolannya, karena yang menangani bukan pustakawan, melainkan guru atau tenaga administrasi.
Bahwa melayani pengunjung di perpustakaan ilmunya sama dengan di bank. “Jadi ketika kita melayani harus ramah, apa yang dicari tahu tempatnya,”imbuh Mutawalli.
Yang pasti lanjutnya, untuk 2 tahun kedepan, perpustakaan menerapkan sistem barcode. Dimana dengan mahasiswa scan barcode maka bisa mengakses semua informasi yang ada di perpustakaan.
Salah satu mahasiswa, Moh Nasir Raharusun yang ditemui disela-sela mencari buku di perpustakaan menilai penataan buku-buku di perpustakaa sudah bagus.
“Memang kadang saya kalau ke sini (perpustakaan,Red) cari buku ada yang tidak dapat. Tapi secara keseluruhan perpustakaan IAIN sudah bagus,”ujar mahasiswa semester I itu. (ams)
More Stories
Rektor IAIN Sorong Hadiri Peringatan HUT Kabupaten Sorong ke-57
Sukseskan MTQ Ke-1 Provinsi Papua Barat Daya, 4 Pimpinan IAIN Sorong Jadi Anggota Dewan Hakim
Rayakan HUT Kabupaten Sorong ke-57, 41 Regu Ramaikan Lomba Gerak Jalan