Oleh: Lalu Nasrulloh
K.H. Mustofa Bisri atau yang dikenal dengan nama Gus Mus merupakan sosok Kiai, penyair, sekaligus budayawan yang dimiliki bangsa Indonesia. Gus Mus termasuk rakyat Indonesia yang rajin melontarkan kritik-kritik sosial melalui sastra (puisi). Puisi-puisi Gus Mus tak jarang dihiasi dengan tema-tema kritikan, sebut saja puisi Negeri Teka-Teki, Negeri ku, Kau Ini Bagaimana, atau Aku Harus Bagaimana, dan yang saat ini sedang banyak didengar dan ditonton oleh rakyat Indonesia, yakni puisi Di Negeri Amplop. Dibandingkan dengan puisi-puisi kritik Gus Mus yang lain, puisi Di Negeri Amplop ini yang paling ‘ngena’ di setiap insan yang merasa sering, pernah, atau mungkin saat ini sedang mempraktikkan perilaku ketimpangan, ketidakadilan, bahkan perilaku yang dimaksud Gus Mus dalam puisinya tersebut.
Apapun dalih atau bahkan alibi yang sering dijadikan alasan bagi setiap pelaku ketidakwajaran tersebut, tetap saja mereka telah melakukan perbuatan yang melukai hati seluruh rakyat Indonesia. Sehingga, pada puisi yang lain, Gus Mus seolah-olah dibuat bingung dengan kondisi manusia di negeri ini, seperti pada petikan puisi berikut:
Aku harus bagaimana
Kau bilang kritiklah, aku kritik kau marah
Kau bilang carikan alternatif, aku kasih alternatif kau bilang jangan mendikte saja.
(Puisi Kau Ini Bagaimana atau Aku Harus Bagaimana).
Apa yang dilakukan Gus Mus lewat syair-syair puisinya itu merupakan bagian dari cara rakyat mengetuk pintu keadilan dari belakang. Apabila pintu-pintu keadilan tidak bisa diketuk dari depan dengan suara-suara minor rakyat jelata, maka sastra hadir untuk mengetuk pintu keadilan dari belakang. Kritik sosial melalui sastra dianggap samar dan terkadang tak banyak yang mempersoalkannya, karena dianggap hal itu hanya sebatas fiksi. Namun, perlu diingat dari syair-syair puisi ini lahir dialog-dialog formal yang berujung kepada pemusnahan golongan tertentu yang dianggap telah mencederai keharmonisan bernegara.
Selain dari petikan bait puisi di atas, ada lagi puisi kritik Gus Mus yang penulis anggap paling tajam dan menghujam, yakni puisi dengan judul Di Negeri Amplop. Puisi yang paling banyak ditonton dan didengar oleh seluruh rakyat Indonesia ini mengandung nilai kritik sosial yang sangat tinggi. Selain kandungan kritik sosialnya yang tinggi, puisi Di Negeri Amplop tersebut juga viral lantaran momennya yang tepat, karena bulan ini disepakati sebagai bulan puisi atau Hri Puisi Nasional (HPN), tepatnya pada tanggal 28 April 2021. Maka, jangan heran kalau netizen Indonesia banyak mencari dan menshare puisi-puisi yang lahir dari tangan-tangan para maestro sastra tanah air, salah satunya puisi dari penyair senior, Gus Mus.
Gus Mus, dengan puisi Di Negeri Amplop ini berhasil membuat rakyat Indonesia terhentak setelah mendengar isi puisi ini. Bagi penulis, hal ini wajar, anggap saja sebagai bentuk respons perasaan rakyat yang masih merasa dirampas keadilannya bahkan masih merasa terzolimi oleh oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
Oleh karena itu, puisi Di Negeri Amplop ini menjadi puisi yang terbaik yang viral di Hari Puisi Nasional (HPN) di tahun ini. Sebab, bait demi bait dalam puisi ini secara gamblang Gus Mus melontarkan ide kritikannya terhadap situasi yang terjadi di negeri ini. Sekali lagi, puisi Gus Mus ini bukan berarti menyindir atau bahkan menganggap kalangan –kalangan, melainkan sebagai jembatan kesadaran bagi seluruh umat manusia untuk selalu mengutamakan kejujuran dalam menjalankan amanatnya. Jangan malah kehidupan ini dihiasi dengan kepura-puraan apalagi sampai menghalalkan berbagai macam cara untuk memenuhi panggilan hawa nafsu.
Agar lebih menarik berikut penulis lampirkan teks pusi Di Negeri Amplop karya Gus Mus, semoga bisa menjadi proses perenungan batin yang bisa mengubah prinsip hidup menjadi lebih sehat dan bermartabat.
Di negeri amplop
Aladin menyembunyikan lampu wasiatnya, malu
Samson tersipu-sipu, rambut keramatnya ditutupi topi rapi-rapi
David Copperfield dan Houdini bersembunyi rendah diri
Entah andaikata Nabi Musa bersedia datang membawa tongkatnya
Amplop-amplop di negeri amplop
mengatur dengan teratur
hal-hal yang tak teratur menjadi teratur
hal-hal yang teratur menjadi tak teratur
memutuskan putusan yang tak putus
membatalkan putusan yang sudah putus
Amplop-amplop menguasai penguasa
dan mengendalikan orang-orang biasa
Amplop-amplop membeberkan dan menyembunyikan
mencairkan dan membekukan
mengganjal dan melicinkan
Orang bicara bisa bisu
Orang mendengar bisa tuli
Orang alim bisa napsu.
Orang sakti bisa mati
Di negeri amplop
amplop-amplop mengamplopi
apa saja dan siapa saja
More Stories
TIPD IAIN Sorong Tawarkan Diskon Khusus 20% di Hari Terakhir Ujian CAT POLRI 2024
Sinergitas Disperindagkop Kabupaten Sorong Dan LP3H IAIN Sorong Dalam Rangka Halal Papua Untuk Indonesia
Terbitkan Ratusan Sertifikat Halal, Disperindagkop Usaha Kecil Dan Menengah Gandeng LP3H IAIN Sorong